8:28 PM

Doa

Setiap orang daripada kita akan berdoa untuk kehidupanya.Doa itu pastinya untuk mendapatkan yang terbaik bagi diri serta orang-orang yang disayanginya termasuklah keluarga dan sebagainya.

Doa untuk diri sudah tentu mohon kebaikan dan agak janggal jika ada orang berdoa untuk mendapatkan keburukan bagi diri sendiri.Namun begitu jarang juga kita ketemui orang beroa untuk kebaikan orang lain selain daripada ahli keluarga mereka yang terdekat!.

Lumrah berlaku bila ada sesuatu perkara yang tidak selari dengan perasaan kita dilakukan oleh sesorang maka rasa "penentangan" akan timbul di sanubari masing-masing,jika mampu dengan kekuatan maka itulah berlakunya pergaduhan dan sebagainya,namun yang pasti kita akan berdoa untuk itu.Pastinya doa itu supaya "musuh" kita itu musnah dan kecundang.Jarang berlaku kita memaafkanya sebagaimana Rasul S.A.W memaafkan umatnya bila melakukan kesilapan.Apa yang pasti kita akan bergembira dengan kemusnahan lawan kita itu,lagi cepat lagi baik.

Kenapa begitu?sebenarnya itulah kelemahan kita,kita tahu bahawa kebaikan adalah segala-galanya,kita juga tahu itu semua adalah cubaan dan syaitan mempengaruhi kita,namun kita "kalah" dan tidak berupaya untuk melawan.Cuma ungkapan retorik yang ada pada kita tetapi hakikatnya kita tidak berupaya.

Oleh itu marilah bersama kita kuatkan "semangat kita untuk "melawan" dan menjadi manusia yang "berjiwa besar" dalam kehidupan kita ini.Kita teruskan doa kita untuk Allah kurniakan segala kebaikan kepada diri kita,keluarga kita dan juga musuh-musuh kita agar dengan kebaikan yang diperolehi itu menginsafkan mereka dan seterusnya beristiqamah untuk menerajui kebaikan di sepanjang kehidupanya..









Share/Bookmark

Read more...

4:39 PM

Cukuplah tu...

Setiap yang hidup pasti mati.Manusia,haiwan mahu pun tumbuh-tumbuhan semuanya akan sampai masanya maka akan matilah ia.

Bagi manusia menjadi kepercayaan yang wajib diimani bahawa selepas kematian maka kita akan dibangkitkan semula dan Allah akan menghitung segala amalan kita samada baik atau buruk dan akhirnya akan dibalas bersesuaian dengan apa yang telah kita lakukan semasa di dunia ini.Itu janji Allah.

Percaya atau tidak dengan janji itu!?.Kita yakin bila ditanya maka kita akan jawab percaya!!.Namun sejauh mana kepercayaan kita itu?.Melihat realiti semasa ungkapan percaya itu semacam hanya di bibir sahaja.Ramai di kalangan kita yang "berperangai" seperti itu.Lihat dan perhatikanlah.Betapa ramai di antara kita yang saban hari bercakap bohong,membuat fitnah,menghina dan mengaibkan sesama sendiri dan sebagainya.Kalau kita betul-betul percaya dengan yakin bahawa akan ada hari pembalasan selepas kematian sudah semestinya kita akan menjauhi diri kita daripada melakukan perkara-perkara yang akan membebankan kita selepas kematian nanti.

Dewasa ini fitnah berlaku di mana-mana.Oleh sesiapa sahaja samada yang sudah "berumur" atau orang muda.Dari segi adatnya orang muda kalau ada membuat salah masih ada kesempatan untuk bertaubat,tetapi kalau sudah tua bagaimana kalau "dipanggil" tanpa sempat taubat?Kita semua tentu ada jawapanya,namun secara insaf marilah bersama kita tinggalkan perkara-perkara yang mengundang bala ini.Percayalah kalau fitnah menjadi-jadi, tambahan pula fitnah itu melibatkan prinsip dan maruah, percayalah kita akan berhadapan dengan "kerosakan" yang tidak kita jangka malah mungkin lebih dahsyat lagi.Kita hanya mampu berdoa dan marilah bersama kita mohon dijauhkan oleh Allah daripada sebarang musibah dan malapetaka..







Share/Bookmark

Read more...

5:54 PM

"Kesusahan"

Alhamdulillah kita di sini masih selamat daripada 'kesusahan" sebagaimana yang ditimpakan ke atas penduduk Jepun beberapa hari yang lalu.Namun dalam keadaan yang sebegitu kita tidak seharusnya merasa selesa dan berbangga dengannya kerana "ketentuan " itu bukannya menjadi hak dan kalau ianya menimpa kita sebenarnya tidak akan berupaya untuk menolaknya.Mohon Allah melindungi.

Sebenarnya kejadian di Jepun atau dimana sahaja perlu mengajar kita betapa "kehendak" Allah tidak akan ada daya dan upaya untuk sesiapa sahaja menolak atau menahannya kecuali Allah jua.Kalau kita perhatikan, begitu banyak sekali peringatan-peringatan yang Allah telah berikan untuk kita "dilindungi" daripada sebarang musibah.Patuhi perintahNya dan jauhkan diri daripada sebarang perlakuan yang membawa kerosakan,itu adalah kunci kepada keselamatan dunia sebenarnya,tetapi berapa ramai daripada kita yang berbuat begitu?kalau ada pun insan-insan sebegini mereka akan dilawan dan ditekan dengan pelbagai cara agar mereka ini akan mengalah dan akhirnya "kebathilan akan wujud dan bermaharajalela di mana-mana sahaja.

Secara insaf diperhatikan dewasa ini "keburukan" sudah menjadi lumrah dan diakui sebagai benar dan "kebaikan" kini sudah menjadi semacam keburukan.

Sementara sisa kehidupan masih ada,dan kita juga masih diberi keamanan oleh Allah setakat ini,marilah bersama kita bina kehidupan ini ke arah yang lebih beramanah dengan kita bertindak menjadi penyeru kepada kebaikan dan kita menghalang segala kemungkaran yang ada.InsyaAllah jika ini dapat kita usahakan,yakinlah bahawa pertolongan Allah adalah sebaik-baik pemberian.
A large tank sits on a debris covered field in the city of Iwanuma in Miyagi prefecture on March 13, 2011 two days after a massive 8.9 magnitude quake and tsunami hit the region. Japan desperately tried to bring an overheating nuclear reactor under control on March 13, as the full horror of its quake-tsunami disaster emerged on the ravaged northeast coast with thousands feared dead.Cars smashed by the tsunami sit piled together next to a power grid to the east of Sendai in Miyagi prefecture on March 13, 2011 two days after a massive 8.9 magnitude earthquake and tsunami hit the region. Japan battled a feared meltdown of two reactors at a quake-hit nuclear plant on March 13, as the full horror of the disaster emerged on the ravaged northeast coast with thousands feared dead.People walk near a fishing boat siting on a breakwater of a river in Kesennuma, Miyagi Prefecture, northern Japan, Sunday, March 13, 2011, two days after a powerful earthquake-triggered tsunami hit the country's east coast.


Share/Bookmark

Read more...

10:44 PM

Islam: Satu ketulusan...


Sebut saja namanya Noor. Ia adalah muslimah, berlatar belakang pendidikan Universitas Essex, Inggris, jurusan biologi. Sebelum menjadi muslimah, Noor seorang penganut agama Hindu.

Sebagai anak perempuan yang lahir dari keluarga Hindu, ia dididik untuk meninggikan harga dirinya. Keluarga mengatur dengan siapa ia harus menikah--tak peduli ia suka atau tidak-- punya anak dan mengurus suami. Lebih dari itu, sebagai perempuan, ia menyaksikan banyak aturan Hindu yang menindas perempuan.

Jika seorang perempuan Hindu berstatus janda, maka ia harus selalu mengenakan baju sari warna putih, rambutnya harus dipangkas pendek, makannya pun hanya boleh sayur-sayuran dan ia tidak boleh menikah lagi.

Seorang perempuan Hindu yang akan menikah, harus membayar mahar pada keluarga calon suaminya. Si calon suamin bisa meminta apa saja sebagai mahar, tak peduli jika calon isterinya bakal kesulitan memenuhi permintaan mahar itu.

Jika setelah menikah, isterinya tidak mampu melunasi maharnya, si suami berhak menindas isterinya baik secara emosional maupun secara fisik, yang biasanya berujung pada tindak kekerasan dalam rumah tangga. Sang isteri bahkan bisa kehilangan nyawa dan menjadi korban "dapur kematian", sebuah istilah untuk perempuan-perempuan Hindu yang menjadi korban suami dan ibu mertuanya, dimana seorang suami atau suami dan ibunya membakar seorang isteri saat ia sedang memasak di dapur, tapi kondisinya dibuat seolah-olah itu sebuah kecelakaan tak sengaja.

Peristiwa ini banyak menimpa perempuan Hindu yang tidak mampu melunasi mahar suaminya. Noor menyaksikan sendiri, bagaimana anak perempuan teman ayahnya menjadi korban insiden "dapur kematian."

Sementara kaum lelaki dalam masyarakat Hindu, diperlakukan ibarat "dewa". Dalam sebuah perayaan agama Hindu, gadis-gadis Hindu yang belum menikah diwajibkan berdoa pada Dewa Shira, agar mendapat suami yang seperti dewa itu. Setiap kali memperingati hari raya itu, Noor juga diperintahkan melakukan hal yang sama oleh ibunya.

"Saya melihat bahwa agama Hindu berdasarkan atas takhayul dan hal-hal yang tidak nyata, hanya berdasarkan pada tradisi semata, yang menindas kaum perempuan. Sesuatu yang menurut saya tidak benar," kata Noor.

Selanjutnya, ketika tinggal di Inggris untuk kuliah, Noor berpikir bahwa Inggris setidaknya negara yang menghormati persamaan hak antara lelaki dan perempuan, tidak menindas kaum perempuan dan perempuan di Inggris bebas melakukan apa saja yang diinginkannya.

"Saya berpikir begitu setelah saya mulai bertemu dengan banyak orang, dengan teman-teman, belajar dari masyarakat yang baru ini dan mengunjungi banyak tempat yang oleh teman-teman menjadi tempat 'bersosialisasi' seperti bar, tempat-tempat dansa, dan sejenisnya. Sampai saya menyadari, pada prakteknya 'persamaan hak' cuma teori saja," tukas Noor.

Tentu saja, di masyarakat Barat, perempuan diberi hak dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tapi kenyataannya, kaum perempuan masih mengalami penindasan dalam bentuk yang berbeda, dan dengan cara yang lebih halus.

"Ketika saya pergi bersama teman-teman ke tempat-tempat bersosialisasi itu, saya merasa orang-orang senang ngobrol dengan saya, dan saya pikir itu hal yang normal. Tapi kemudian, saya sadar betapa naifnya saya, dan saya bisa melihat apa sebenarnya yang mereka cari."

"Saya pun mulai merasa tak nyaman. Saya merasa bukan diri saya sendiri. Saya harus berbusana dengan cara tertentu agar orang menyukai saya. Saya harus bicara dengan cara tertentu untuk membuat mereka senang. Saya merasa makin tak nyaman. Saya makin kehilangan jati diri, tapi saya tidak bisa keluar dari situasi itu. Kalau orang lain bilang melakukan itu semua untuk menyenangkan diri mereka sendiri, saya tidak menganggapnya seperti itu," papar Noor.

Menurutnya, perempuan dengan cara hidup seperti itu adalah perempuan yang tertindas. Mereka memilih busana dan cara berbicara agar disukai dan menarik perhatian kaum lelaki. Noor lalu merasa bahwa ia harus mulai melakukan sesuatu, untuk menemukan sesuatu yang membuatnya aman, nyaman, bahagia tapi tetap dihormati. Sesuatu itu, pikir Noor, adalah sebuah keyakinan yang benar, karena seseorang hidup berdasarkan keyakinannya itu.

Apa yang terlintas di benak Noor itu terbukti ketika ia masuk Islam. "Agama yang saya yakini ini sangat lengkap dan jelas mengatur semua aspek kehidupan. Saya menemukan rasa aman dengan memeluk agama Islam," ujar Noor.

"Selama ini, banyak orang yang salah menafsirkan Islam. Islam mereka anggap sebagai agama yang menindas perempuan, karena mewajibkan seorang perempuan menutup tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, tidak memberikan kebebasan dan tidak menghargai hak perempuan. Padahal, Islam memberikan banyak hak pada kaum perempuan, bahkan sejak 1.400 tahun yang lalu jika dibandingkan dengan isu hak perempuan non-Muslim di Barat yang relatif masih baru. Sampai sekarang, masih banyak kaum perempuan yang tertindas dalam masyarakatnya, contohnya dalam masyarakat Hindu yang saya ceriakan tadi," sambung Noor.

Kaum perempuan dalam masyarakat Islam, ungkap Noor, berhak atas harta warisan, boleh mengelola bisnis dan usaha mereka sendiri, berhak atas pendidikan bahkan berhak menolak lamaran seorang lelaki sepanjang alasannya kuat dan bisa dibenarkan. "Banyak ayat dalam Al-Quran yang menegaskan tentang hak-hak perempuan itu dan perintah agar para suami memperlakukan isterinya dengan baik. Islam adalah agama yang sempurna," tukas Noor.

"Pada akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa saya menerima Islam tidak dengan cara yang buta atau atas paksaan. Al-Quran sendiri mengatakan, tidak ada paksaan masuk Islam. Saya masuk Islam atas dasar sebuah keyakinan. Saya sudah menyaksikan dan mengalami sendiri kehidupan dua masyarakat, masyarakat Hindu dan masyarakat Barat, dan saya tahu apa yang saya lakukan adalah hal yang benar. Islam tidak menindas perempuan, bahkan membebaskannya dari penindasan, memberikan penghormatan dan kemuliaan bagi perempuan," tandas Noor.

Setahun lebih setelah memeluk Islam, kehidupan Noor banyak berubah. Apalagi setelah ia mengenakan jilbab. Noor mengaku merasakan sensasi yang membuatnya puas dan bahagia karena ia sudah mematahi salah satu perintah Allah Swt. "Saya merasa aman dan terlindungi. Orang-orang jadi lebih menghormati saya. Saya benar-benar bisa melihat perbedaan sikap mereka terhadap saya, setelah saya mengenakan jilbab," pungkas Noor. (ln/SP)

sumber eramuslim


Share/Bookmark Read more...